Kamis, 01 Januari 2015

Keanekaragaman Makhluk Hidup dan Persebarannya



A.    Biosfer dan Makhluk Hidup
Biosfer adalah zona tipis di Bumi dan di atas permukaan Bumi yang tebalnya tidak lebih dari 20 km. Saat ini Bumi merupakan satu-satunya tempat di alam dunia yang diketahui terdapat kehidupan dan tempat makhluk hidup melakukan aktivitas hidupnya. Makhluk hidup selalu berinteraksi dengan lingkungannya, yang terdiri dari lingkungan tak hidup (abiotik) dan lingkungan hidup (biotik).
Biosfer terdiri dari sebagian lapisan atmosfer dan lapisan kulit Bumi. Lapisan atmosfer adalah lapisan udara di atas muka Bumi, yang membungkusnya dengan gas-gas dan terdiri dari tiga lapisan utama, yaitu ionosfer (+80 km di atas muka Bumi), stratosfer (16-18 km di atas muka Bumi), troposfer (0-16 km di atas muka Bumi).
Sampai saat ini, baru diketahui hanya di lapisan troposfer makhluk hidup bisa beraktivitas. Troposfer adalah lapisan dinamis yang terdapat uap air yang dapat membentuk awan dan hujan secara periodik.
Sedangkan lapisan kulit Bumi terdiri dari dua bagian, yaitu litosfer dan hidrosfer. Litosfer merupakan bagian yang padat dari lapisan kulit Bumi. Sedangkan hidrosfer merupakan bagian yang cair dari lapisan kulit Bumi.
Jadi makhluk hidup tinggal dan beraktivitas di kedua lapisan bumi tersebut. Makhluk hidup hanya dapat beraktivitas pada lapisan troposfer dari atmosfer, hidrosfer, dan litosfer. Oleh karena itu, ketika lapisan tersebut disebut dengan lapisan biosfer.
B.     Sel Sebagai Unit Kehidupan
1.      Sel Sebagai Unit Kehidupan
Sel merupakan unit kehidupan, baik dari segi struktural, pertumbuhan, reproduksi, hereditas, dan fungsional. Sel sebagai unit struktural maksudnya adalah sel merupakan satuan terkecil penyusun tubuh organisme. Organisme multiseluler, tubuhnya dibangun oleh banyak sel yang diperoleh darin pembelahan mitosis berulang-ulang sebuah sel tunggal (monoseluler) yang disebut zigot. Zigot dihasilkan dari peleburan sel kelamin (sel benih) jantan dan betina. Karena dari sel kelamin dapat dihasilkan individu baru, sel dikatakan juga sebagai unit produksi. Masing-masing sel kelamin (sel kelamin jantan dan sel kelamin betina) membawa materi genetik (genom) sebagai penentu sifat (karakter) yang akan diwariskan kepada turunannya (individu baru).
Di dalam masing-masing sel penyusun tubuh makhluk hidup terselenggara semua aktivitas kehidupan, baik pada organisme uniseluler, organisme yang selnya bergabung membentuk koloni dan pada organisme uniseluler. Pada organisme uniseluler, seluruh aktivitas hidup dilaksanakan oleh sel tersebut. Pada organisme yang berbentuk koloni belum tampak diferensiasi fungsi yang jelas dari masing-masing sel penyusun koloninya. Sedangkan organisme multiseluler terdapat diferensiasi fungsi untuk menjalankan aktivitas kehidupan.
Agar dapat melaksanakan seluruh aktivitas hidup, sel harus memiliki bagian-bagian utama, yaitu membran plasma, protoplasma (cairan sel atau sitoplasma dengan seluruh organel-organel sel yang terdapat di dalamnya), dan nukleus yang mengandung materi genetik (genom).
2.      Reproduksi Sel
a.       Reproduksi Sel
Reproduksi sel dapat diartikan sel memperbanyak diri, baik yang terjadi pada organisme tingkat sel (uniseluler) maupun yang terjadi pada sel-sel penyusun tubuh organisme multiseluler. Reproduksi sel dapat dibedakan atas: amitosis, mitosis, dan meiosis. Amitosis adalah pembelahan langsung tanpa melalui tahapan. Pada amitosis, mula-mula nukleus membelah kemudian diikuti pembagian sitoplasma dari sel induk, dan dari satu sel induk bisa terbentuk dua sel baru atau lebih.
Sedangkan mitosis adalah pembelahan sel melalui beberapa tahapan utama yaitu: profase, metafase, anafase dan telofase. Mitosis ditujukan untuk memperbanyak sel, biasanya terjadi pada proses pertumbuhan individu dan perbaikan (pengganti) sel-sel tubuh yang rusak.
Kemudian meiosis adalah pembelahan sel yang bersifat reduksi dari sel yang diploid menjadi sel haploid (terjadi penurunan jumlah kromosom sel anak menjadi setengah jumlah kromosom sel induknya), dan dari satu sel induk menjadi empat sel anak. Meiosis terdiri dari dua tahap pembelahan yaitu meiosis I dan meiosis II. Meiosis I terdiri dari profase I yang terbagi lagi menjadi 5 fase yaitu leptonema, zygonema, pakhinema, diplonema, dan diakinesis.
b.      Reproduksi Makhluk Hidup
Proses yang dilakukan oleh makhluk hidup untuk menghasilkan individu baru (keturunan) dari jenisnya dinamakan reproduksi (perkembangbiakan). Tujuan reproduksi adalah untuk mempertahankan kelestarian suatu spesies (jenis) makhluk hidup. Banyak cara reproduksi yang dilakukan oleh organisme. Cara-cara  reproduksi tersebut dikelompokkan atas: 1) reproduksi aseksual (vegetatif), dan 2) reproduksi seksual (generatif).
Reproduksi aseksual adalah jenis reproduksi yang dilakukan oleh suatu organisme dengan melibatkan sel tubuh saja tanpa melibatkan sel kelamin. Pada hewan, perkembangbiakan seperti ini umumnya hanya dijumpai pada hewan rendah, misalnya paramaecium, amoeba, dan euglena dengan membelah diri; hydra dan ubur-ubur dengan bertunas; bintang laut dan planaria dengan fragmentasi. Pada tumbuhan reproduksi aseksual dilakukan oleh tumbuhan rendah sampai tumbuhan tinggi; misalnya membentuk spora pada algae dan lumut; tunas, umbi, rizoma pada tumbuhan tinggi.
Reproduksi seksual adalah perkembangbiakan makhluk hidup yang melibatkan sel kelamin (gamet). Dengan demikian, yang dimaksud reproduksi seksual bukan hanya perkembangbiakan melalui perkawinan (peleburan sel kelamin jantan dan betina) saja, tetapi partenogenesis pun termasuk di dalamnya. Partenogenesis adalah reproduksi seksual dimana gamet betina (ovum) tumbuh menjadi embrio tanpa menyatu dengan gamet jantan (sperma). Partenogenesis ini dijumpai pada lebah, semut, lalat buah, dan lain-lain. Konyugasi pun dimasukkan ahli ke dalam jenis reproduksi seksual.
Selain reproduksi yang berlangsung secara alami, kita kenal pula ada reproduksi buatan, baik yang dilakukan secara in vivo maupun in vitro. Reproduksi buatan biasanya dilakukan oleh manusia untuk meningkatkan kesejahteraannya. Misalnya reproduksi buatan yang dilakukan pada tumbuhan dan hewan ternak.
1)      Reproduksi Alami pada Hewan
Hewan dapat melakukan reproduksi aseksual dan seksual. Reproduksi aseksual pada hewan sedikit terjadi jika dibandingkan dengan tumbuhan, dan hanya terbatas pada hewan tingkat rendah, yaitu dengan cara pembelahan sel, pertunasan (“budding”), dan fragmentasi.
Pembelahan: Terjadi pada hewan bersel satu (Protozoa), misalnya amoeba, paramaecium, dan euglena.
Pertunasan (budding): Terjadi  pada Hydra sp, ubur-ubur, dan lain-lain. Keturunan baru berkembang dari tunas yang tumbuh pada tubuh induk. Pada beberapa spesies, misalnya ubur-ubur dan Hydra sp, tunas akan lepas dan dapat hidup bebas. Pada koral, tunas tetap terikat pada tubuh induk dan menyebabkan terjadinya koloni.
Fragmentasi: Terjadi pada beberapa jenis cacing (misalnya planaria), bintang laut, ular, dan lain-lain. Pada beberapa jenis cacing, setelah tubuh mencapai ukuran normal (dewasa), secara spontan cacing tersebut terbagi-bagi menjadi delapan atau sembilan bagian. Setiap bagian akan berkembang menjadi cacing dewasa dan proses ini terulang kembali.
Reproduksi seksual merupakan cara reproduksi pada hampir semua hewan mulai hewan tingkat rendah sampai hewan tingkat tinggi. Reproduksi seksual melibatkan kelenjar kelamin (gonad) untuk menghasilkan gamet jantan (sperma) dan gamet betina (ovum atau sel telur). Pada umumnya reproduksi seksual terjadi melalui penyatuan sperma dan ovum saat berlangsungnya pembuahan (fertilisasi), walaupun pada partenogenesis ovum dapat berkembang menjadi individu baru tanpa fertilisasi. Sperma memiliki bentuk dan ukuran yang jauh berbeda dengan ovum sehingga disebut heterogamet.

2)      Reproduksi Alami pada Tumbuhan
Tumbuhan juga melakukan reproduksi aseksual dan seksual, sama halnya dengan hewan. Bedanya, pada tumbuhan, semua tingkatan mulai dari tumbuhan tingkat rendah sampai tumbuhan tingkat tinggi mampu melakukan reproduksi aseksual maupun seksual. Pada tumbuhan, fertilisasi dan meiosis membagi kehidupan individu menjadi dua fase atau generasi, yaitu generasi gametofit mulai dengan spora yang dihasilkan saat meiosis. Spora ini haploid dan semua sel yang diturunkannya juga haploid. Diantara sel-sel yang dihasilkan generasi sporofit mulai dengan zigot yang diploid, semua sel yang berasal dari sini  yang berkembang dengan cara mitosis juga diploid. Akhirnya sel-sel tertentu akan menjalani meiosis sehingga terbentuk spora-spora, pertanda dimulai kembali generasi gametofit.

3)      Reproduksi Buatan
Reproduksi buatan umumnya sengaja dilakukan oleh manusia untuk menunjang kesejaheraanya. Reproduksi buatan ini dapat dilakukan secara in vivo maupun in vitro. Reproduksi vegetatif buatan sangat banyak dilakukan manusia pada tumbuhan, misalnya memperbanyak tanaman dengan stek, cangkok, menyambung, menempel, dan lain-lain. Kesemua cara ini ditujukan agar tanaman berproduksi dalam waktu yang cepat dan kualitas baik.
Pada hewan ternak, reproduksi buatan in vivo dilakukan dengan mempertemukan gamet jantan dan betina tetap dalam tubuh hewan betina, tetapi dengan metode kawin suntik. Pada proses ini, sperma dari hewan jantan yang kita inginkan ditransfer ke dalam saluran kelamin hewan betina yang sedang birahi dengan sejenis alat yang mempunyai jarum suntik, sehingga disebut kawin suntik.
Pada reproduksi buatan in vitro (yang sangat dikenal dengan bayi tabung pada manusia), reproduksi dilakukan dengan cara menyatukan gamet jantan dan gamet betina di luar tubuh hewan yang bersangkutan, yang biasanya digunakan cawan petri, karena itulah disebut in vitro yang secara harfiah artinya di dalam gelas (cawan). Setelah terjadi pembuahan dalam cawan, embrio dibiarkan berkembang sampai stadium blastula, kemudian ditransfer ke dalam rongga uterus (rahim) ibu. Di dalam rahim itu embrio berkembang, berimplantasi, dan menjadi individu baru seperti pada kehamilan biasa. Teknik seperti ini sering disebut bayi tabung.
C.     Asal Mula Kehidupan
Berikut in adalah beberapa teori tentang asal mula kehidupan di Bumi.
1.      Teori Cosmozoa, menyatakan bahawa makhluk hidup datang di Bumi dari bagian lain alam semesta ini. Teori ini berdasarkan dua asumsi bahwa, (1) benda hidup itu ada atau telah ada di suatu tempat dalam alam semesta ini dan (2) hidup itu dapat dipertahankan selama perjalanan antar benda angkasa ke Bumi.
2.      Teori Pfluger, menyatakan bahwa Bumi berassal dari suatu materi yang sangat panas, kemudian dari bahan itu mengandung karbon  dan nitrogen terbentuk senyawa Cyanogen (CN). Dari senyawa ini terbentuk zat protein pembentuk protoplasma yang akan menjadi makhluk hidup.
3.      Teori Moore, menyatakan bahwa dapat munncul dari kondisi yang cocok dari bahan anorgonik pada saat Bumi mengalami pendinginan melalui suatu proses yang kompleks dalam larutan yang labil. Bila keadaan kompleks ini tercapai akan muncullah hidup itu.
4.      Teori Allen, menyatakan pada saat keadaan fisis Bumi ini seperti keadaan sekarang, beberapa reaksi terjadi yaitu energi yang datang dari sinar Matahari diserap oleh zat besi yang lembab dan menimbulkan pengaturan atom dari materi-materi. Interaksi antara nitrogen, karbon, hidrogen, oksigen, dan sulfur dalam genangan air di muka Bumi akan mementuk zat-zat yang difus yang akhirnya membentuk protoplasma benda hidup.
5.      Teori Transendental, teori ini menyatakan bahwa makhluk hidup itu diciptakan oleh Super Nature atau Tuhan Yang Mahakuasa di luar jangkauan sains. (Jasin, 1997:120-121).

D.    Proses Evolusi Kehidupan
Perubahan makhluk hidup dari bentuk yang sederhana ke bentuk yang lebih kompleks dan bervariasi terjadi karena DNA mengalami perubahan kode genetik (mutasi). Kode genetik yang paling sesuai dengan keadaan lingkungan  akan mendapatkan peluang ang lebih besar untuk berkembang. Organisme yang dapat bertahan hidup di lingkungan tertentu disebut dengan adaptasi. Makhluk hidup yang mampu beradaptasi terhadap lingkungan hidupnya dapat mengembangkan populasinya, sedangkan yang tidak mampu beraptasi akan punah. Inilah yang disebut dengan seleksi alam (natural selection).
E.     Keanekaragaman Makhluk Hidup
1.      Penyebab Keanekaragaman Makhluk Hidup
Menurut ahli, keanekaragaman makhluk hidup terbentuk dari proses evolusi. Saat Bumi terbentuk terjadi proses evolusi kimiawi. Proses kimiawi mengubah molekul-molekul organik yang lebih besar, yang kemudian memunculkan sel pertama. Setelah waktu yang cukup lama dalam sejarah evolusi, dari sel pertama ini kemudian memunculkan organisme multiseluler pada awal era Paleozoikum. Proses evolusi ini terus berlanjut seiring dengan perubahan iklim dan pergeseran benua. Pada akhirnya sebagai hasil proses evolusi, bermunculanlah beraneka ragam makhluk hidup.

2.      Klasifikasi Makhluk Hidup
Langkah pertama yang dilakukan untuk menngetahui ciri-ciri morfologi, anatomi, fisiologi, perilaku atau ciri-ciri lain dari makhluk hidup adalah identifikasi. Identifikasi yaitu menentukan nama ilmiah dan kelompok makhluk hidup sesuai dengan Kode Tatanama Internasional. Identifikasi merupakan langkah utama klasifikasi. Dengan klasifikasi keanekaragaman hayati makhluk hidup dapat dipelajari dan dipahami dengan lebih mudah atau utuh.
Klasifikasi makhluk hidup dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu system buatan (artifisial), sistem alamiah, dan sistem filogenetik. Sistem buatan adalah pengelompokan makhluk hidup yang lebih banyak didasarkan pada ciri-ciri morfologi atau habitatnya, tetapi penggunaan ciri-ciri alami masih terbatas, sehingga kelompok-kelompok yang dihasilkan juga terbatas. Contoh: 1) Klasifikasi oleh Aristoteles yang mengelompokkan tumbuhan berdasarkan habitat dan perawakannya menjadi 4 kelompok, yaitu; gulma atau liana, semak, perdu, dan pohon. 2) Klasifikasi oleh Carolus Linnaeus yang mengelompokkan tumbuhan menurut jumlah benang sari, yaitu: monandrie (1 benang sari), diandrie (2 benang sari) dan seterusnya.

F.      Persebaran dan Sejarah Perkembangan Makhluk Hidup
1.      Persebaran Makhluk Hidup
Biogeografi adalah ilmu yang mempelajari tentang persebaran organisme di muka bumi. Studi tentang penyebaran spesies menunjukkan, spesies-spesies  berasal dari suatu tempat, namun selanjutnya menyebar ke berbagai daerah. Organisme tersebut kemudian mengadakan diferensiasi menjadi subspesies baru dan spesies yang cocok terhadp daerah yang ditempatinya. Persebaran organisme di bumi dipengaruhi oleh faktor lingkungan, sejarah geologi, dan penghambat fisik.
a.       Faktor Lingkungan
Dua faktor lingkunganutama yang berpengaruh terhadp persebaran makhluk hidup adalah faktor abiotik (daratan, perairan, dan lintang geografis) dan biotik (tumbuhan, hewan dan jasad renik (mikroorganisme).
b.      Faktor Sejarah Geologi
Saat dunia masih bersatu dalam bentuk Pangaea, kira-kira 200 juta tahun lalu, suatu spesies berada dalam pada daerah dan bentuk yang sama. Kemudian seiring berjalannya waktu benua-benua mulai memisahkan diri. Spesies-spesies yang awalnya hidup dalam daratan yang sama kemudian terpisah. Spesies yang terpisah tersebut masing-masing mendapatkan lingkungan yang berbeda. Spesies yang terpisah tersebut mulai beradaptasi dan mengubah bentuk dan fungsi tubuhnya sesuai dengan keadaan lingkungannya. Dengan demikian karena perubahan bentuk dan fungsi tubuhnya maka terbentuklah subspesies.
c.        Faktor Penghambat Fisik
Faktor penghambat fisik disebut juga penghalang geografi atau barrier (isolasi geografi) seperti daratan (land barrier), perairan (water barrier), dan penggentingan daratan (isthmus). Contohnya adalah: gunung yang tinggi, padang pasir, sungai atau lautan membatasi penyebaran dan kompetisi dari suatu spesies. Contoh kasusnya adalah terjadinya subspesies burung finch di kepulauan Galapagos akibat isolasi geografis. Di kepulauan tersebut, Charles Darwin menemukan 14 spesies burung finch yang diduga berasal dari satu jenis burung finch dari Amerika Selatan. Perbedaan burung finch tersebut akibat keadaan lingkungan yang berbeda. Perbedaannya terletak pada ukuran dan bentuk paruhnya. Perbedaan ini ada hubungannya dengan jenis makanan.
d.       Persebaran Tumbuhan dan Hewan
Garis lintang bumi (lattude) menunjukkan terdapatnya 4 wilayah iklim di bumi, yaitu tropis, subtropis, dingin, dan kutub. Perbedaan iklim tersebut, selain jenis tanahnya akan memberikan perbedaan jenis tumbuhan yang hidup di sana karena faktor adaptasi dengan lingkungan. Dengan ketinggian lahan dari permukaan laut sampai ke puncak gunung yang paling tinggi (altitude) juga menunjukkan perbedaan iklim yang mirip, yang menyebabkan pada dataran rendah sampai ke dataran tinggi didiami oleh tumbuhan yang berbeda-beda.
Pada persebaran hewan lebih ditentukan oleh letak/wilayah geografis (zoogeografis). Di bumi, daerah persebaran hewan (zoogeografi) dibedakan menjadi enam lokasi berdasarkan persamaan fauna, yaitu: 1) Palearktik (palearctic) yang meliputi Asia sebelah utara Himalaya, Eropa dan Afrika, dan Gurun Sahara sebelah Utara, 2) Nearktik (nearctic) yaitu Amerika Utara, 3) Neotropis (neotropical) yaitu Amerika Selatan bagian tengah, 4) Oriental meliputi Asia dan Himalaya bagian Selatan; 5) Etiopia (ethiopian) yaitu Afrika, dan 6) Australia (australian) meliputi Australia dan pulau-pulau sekitarnya.

2.      Sejarah Perkembangan Makhluk Hidup
Menurut suatu teori, organisme sekarang adalah hasil dari proses evolusi kehidupan. Evolusi kehidupan adalah suatu perubahan kehidupan menjadi bentuk kehidupan lainnya melalui suatu proses yang perlahan-lahan dan mungkin memakan waktu ratusan sampai jutaan tahun. Teori tersebut menyebutkan bahwa organisme yang mula-mula ada di dunia berupa organisme bersel tunggal dan organisme ini berasal dari agregasi molekul-molekul yang ada.
Bagaimana mekanisme dasar sehingga organisme bersel tunggal itu  tersebut menjadi makhluk hidup bersel banyak? Salah satu dugaan ini adalah yaitu: Biosfer: suatu dunia kehidupan di Bumi kita ini komponennya menjadi suatu subsistem. Maka sebagai suatu subsistem organisme itu dibentuk oleh materi dan energy yang tersedia dalam biosfer pula. Karena dalam biosfer berlaku hukum Termodinamika I dan II, maka organisme itu akan mengalami perlakuan hukum tersebut.
Hukum Termodinamika I:
Di dalam biosfer tak ada energi yang hilang, jumlah energi itu tetap yang berubah hanya bentuknya.
Contohnya: Energi listrik berubah menjadi energi mekanik, energi mekanis berubah   menjadi energi panas.
Hukum Termodinamika II:
Bila suatu sistem dibiarkan berdiri sendiri, maka sistem tersebut cenderung untuk mengalami penguraian kearah yang paling tidak teratur.
Berkaitan dengan hukum I dan II tersebut, organisme akan menjadi suatu jalur arus energi. Dalam tubuh organisme, energi akan mengalami sebagai suatu sistem. Kalau dibiarkan begitu saja maka organisme akan cendrung kea rah kerusakan yang paling parah. Sebaliknya, organisme sebagai suatu sistem akan mempertahankan diri dari perlakuan hukum tersebut. Organisme dapat mempertahankan diri dengan adanya kemampuan pelestarian diri, sedangkan kemampuan ini adalah bagian dari proses evolusi.
Perkembangan lain, yaitu adanya suatu kerjasama antara organisme, sehingga akan membentuk kalori. Dengan alas an yang sama pula terjadi gejala perkembangan menuju kearah pembentukan organisme bersel banyak. Kemudian berkembanglah apa yang dinamakan organisme bersel banyak seperti halnya organisme uniselluler, organisme multiselluler ini berkembang menjadi beraneka ragam organisasi lainnya.

Kepustakaan

Jasin, Maskoeri. 1997. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: RajaGrafindo.
Purnama, Hari. 2003. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: Rineka Cipta.

Tim MK IAD UNP. 2007. Handout Ilmu Kealaman Dasar. Padang: UPT MKU UNP.

Bumi dan Alam Semesta



A.    Pembentukan Alam Semesta dan Tata Surya
1.      Teori Terbentuknya Alam Semesta
Alam semesta yang kita ketahui sekarang ini awal mulanya berasal dari gas yang berserakan secara teratur di angkasa kemudian menjadi kabut (menjadi kumpulan kosmos). Dalam pengertian alam semesta mencakup tentang mikro kosmos dan makro kosmos. Mikro kosmos yaitu benda-benda yang berukuran kecil seperti atom, sel, elektron, dan benda-benda kecil lainnya. Sedangkan makro kosmos yaitu benda-benda yang berukuran besar seperti bintang, planet, dan matahari.
Ada dua teori tentang bagaimana terbentuknya alam semesta. Teori tersebut adalah sebagai berikut.
a.       Teori Keadaan Tetap (Steady-State Theory)
Teori ini mengatakan bahwa alam ini ada tanpa awal dan aka nada selama-lamanya. Teori ini berdasarkan prinsip kosmologi sempurna yang menyatakan bahwa alam semesta di mana pun dan bagaimana pun selalu sama. Berdasarkan prinsip ini alam semesta terjadi pada suatu saat tertentu yang telah lalu dan segala sesuatu di alam semesta selalu tetap sama walaupun galaksi-galaksi saling bergerak menjauhi satu sama lain.
b.      Teori Dentuman Besar (Big-Bang Theory)
Teori ini menyatakan bahwa alam ini ada dari suatu ketiadaan dan akan berakhir dengan ketiadaan pula.  Pada awalnya semua objek di alam semesta adalah satu dan kemudian terpisah karena sebuah ledakan yang sangat dahsyat. Teori ini berlandaskan pada asumsi massa yang sangat besar dan mempunyai massa jenis yang sangat besar, karena adanya reaksi inti kemudian meledak dengan hebat. Massa tersebut kemudian mengembang dengan sangat cepat menjauhhi pusat ledakan.
Menurut teori ini ada beberapa masa yang penting selama terjadinya alam semesta yaitu:
1)      Masa  batas dinding Planck, yaitu masa pada saat alam semesta berumur 10-43 detik berdasarkan hasil perhitungan Planck.
2)      Masa Jiffy, yaitu masa pada saat alam semesta berumur 10-23 detik, dengan jari-jari alam semesta 10-13 cm dengan kerapatannya 1055 kali kerapatan air.
3)      Masa Quark, yaitu maka pada saat alam semesta berumur 10-4 detik. Pada masa ini partikel-partikel saling bertumpang tindih dan tidak berstruktur serta diikuti dengan terbentuknya hadron yang mempunyai kerapatan 109 ton tiap sentimeter kubik.
4)      Masa pembentukan Lipton, yaitu masa pada saat alam semesta berumur setelah 10-4 detik.
5)      Masa radiasi, yaitu masa alam semesta berumur 1 detik sampai satu juta kemudian pada saat terbentuknya fusi hydrogen menjadi helium mempuyai suhu 109 derajat Kelvin. Pada saat usia alam semesta berumur 105 sampai 106 tahun mempunyai suhu 3000 derajat Kelvin.
6)      Masa pembentukan Galaksi, yaitu pada usia alam semesta 108-109 tahun. Pada saat usia ini galaksi masih berupa kabut pilin yang berputar membentuk piring raksasa.
7)      Masa pembentukan tata surya yaitu pada usia 4,4 x 109 tahun. (Purnama, 2003:131).

2.      Teori Terbentuknya Galaksi dan Tatasurya
Berikut ini akan dijelaskan teori-teori pembentukan Tata Surya.
a.       Permulaan Perhitungan Ilmiah
Perhitungan secara ilmiah pertama kali dilakukan Aristachrus dari Samos (310-230 BC). Ia mencoba menghitung sudut Bulan-Bumi-Matahari dan mencari perbandingan jarak dari Bumi-Matahari, dan Bumi-Bulan. Aristachrus juga merupakan orang pertama yang menyimpulkan Bumi mengelilingi Matahari dalam lintasan berbentuk lingkaran yang menjadi awal teori heliosentrik. Jadi heliosentrik bukanlah teori yang baru muncul di masa Coprnicus, melainkan sebelumnya dasar teori heliosentrik sudah diletakkan oleh Aristachrus.
Pada era Alexandria, Eratoshenes (276-195 BC) dari Yunani berhasil menemukan cara mengukur besar bumi dengan mengukur panjang bayangan dari kolom Alexandria dan Syene. Eratoshenes menyimpulkan, perbedaan lintang keduanya merupakan 1/50 dari keseluruhan revolusi. Hasil perhitungannya memberikan perbedaan 13% dari hasil yang ada saat ini.
b.      Ptolemy dan Geosentrik
Ptolemy (c 150 AD) menyatakan bahwa semua objek relatif terhadap bumi (geosentrik). Teori ini pun dipercaya hampir 1400 tahun. Tapi geosentrik mempunyai kelemahan, yaitu matahari dan bulan bergerak dalam jejak lingkaran menngitari bumi. Sementara itu planet bergerak teidak teratur dalam serangkaian simpul kea rah timur. Untuk mengatasi ini, Ptolemy mengajukan dua komponen gerak, yakni deferent dan epicycle. Deferent adalah gerak dalam orbit lingkaran yang seragam denggan periode satu tahun pada titik. Sedangkan epycycle adalah gerak seragam dalam lintasan lingkaran dan berpusat pada deferent.
c.       Teori Heliosentrik dan Gereja
Nicolass Copernicus merupakan orang yang pertama yang secara terang-terangan menyatakan bahwa matahari merupakan pusat system tata surya, dan bumi mengelilinginya dalam orbit lingkaran. Teori heliosentrik disampaikan Copernicus dalam publikasinya yang berjudul De Revolutionimbus Orbium Coelestium kepada Paus Pope III dan diterima oleh gereja.
Tapi setelah kematian Copernicus pandangan gereja berubah, yaitu pada akhir abad ke-16 ketika Giordano Bruno, filsuf Italy, menyatakan semua bintang mirip matahari dan masing-masing memiliki iistem planetnya yang dihuni oleh jenis manusia yang berbeda. Pandangan inilah yang menyebabkan ia dibakar dan teori heliosentrik dianggap berbahaya karena bertentangan dengan pandangan gereja yang menganggap manusia pusat di alam semesta.
d.      Lahirnya Hukum Kepler
Ternyata tidak semua orang setuju dengan Teori Heliosentrik yang dicetuskan Copernicus. Salah satunya Tycho Brahe (1546-1601) dari Denmark yang mendukung teori matahari dan bulan mengelilingi bumi sementara planet lain mengelilingi matahari. Tahun 1576, Brahe membangun sebbuah observatorium di Pulau Hven, di Laut Baltic dan melakukan penelitian di sana sampai kemudian dia indah ke Prague pada tahun 1596.
Di Prague, Brahe menghabiskan sisa hidupnya menyelesaikan table gerak planet dengan bantuan asitennya Johanes Kepler (1571-1603). Setelah kematian Brahe, Kepler menelaah data yang ditiggalkan Brahe dan menemukan bahwa orbit planet tiduk sirkular melainkan eliptik.
Kepler kemudian mengeluarkan tiga hukum gerak orbit, yaitu sebagai berikut.
1)      Planet bergerak dalam orbit elipis mengelilingi matahari sebagai pusat system.
2)      Radius vector menyapu luas yang sama dalam interval waktu yang sama.
3)      Kuadrat kala edar planet mengelilingi matahari sebanding dengan pankat tiga j arak rata-rata dari matahari.

e.       Teori Nebulata
Teori Nebulata menyatakan bahwa tata surya terbentuk dari awan panas atau kabut gas yang panas. Teori ini dikemukakan oleh Immanuel Kant (1755) dan Pierre Simon (1796). Menurut Kant kabut tersebut berputar lambat dan memaddat karena adanya gaya tarik-menarik dan tolak-menolak. Dari bagian-bagiannyalah terbentuklah pada pusatnya sebuah inti besar matahari dan sekelilingnya inti-inti kecil dari planet-planet.
Teori Kabut (nebula) menceritakan kejadian tersebut dalam tiga tahap sebagai berikut.
1)      Matahari dan planet-planet lainnya masih berentuk gas, kabut yang begitu pekat dan besar.
2)      Kabut tersebut berputar dan berpilin dengan kuat, di mana pemadatan terjadi pusat lingkaran yang kemudian membentuk matahari. Pada saat yang bersamaan materi lain pun terbentuk menjadi massa yang lebih kecil dari matahari yang disebut sebagai planet, bergerak mengelilingi matahari.
3)      Materi-materi tersebut tumbuh makin besar dan terus melakukan gerakan secara teratur mengelilingi matahari dalam satu orbit yang tetap dan membentuk Susunan Keluarga Matahari. (Tim, 2007:17).

f.       Hipotesis Planettesimal
Hipotesis ini pertama kali dikemukakan oleh Chamberlin dan Moulton. Hipotesis ini sesuai dengan hukum Newton, yaitu terjadinya tarik-menarik suatu bintang besar yang sedang beredar kemudian terjadi peledakan yang melepaskan sebagian materialnya dan dari material inilah terbentuk Planet dan Planetoida. Teori ini sama dengan hipotesis nebular, hanya saja pembentukan planet-planet tidak harus dari satu sumber, tapi dari sumber lain (bintang) yang kebetulan lewat dekat tata surya, yang mana tata surya merupakan bagian di dalamnya.
g.      Hipotesis Pasang Surut
Astronom Inggris, james Jeans (1877-1946) mengemukakan tata surya merupakan hasil interaksi antara bintang lain dan matahari. Perbedaan ide yang ia munculkan dengan ide Chamberlin-Moulton terletak pada absensinya prominensa. Menurut Jeans dalam interaksi antara matahari dengan bintang lain yang melewatinya, pasang surut yang ditimbulkan pada matahari sangat besar sehingga ada materi yang terlepas dalam bentuk filament. Filament ini tidak stabil dan pecah menjadi gumpalan-gumpalan yang kemudian membentuk proto planet. Akibat pengaruh gravitasi dari bintang proto planet memiliki momentum sudut yang cukup untuk masuk kedalam orbit di sekitar matahari. Pada akhirnya efek pasang surut marahari ada proto planet saat pertama kali melewati perihelion memberikan kemungkinan bagi proses pembentukan planet untuk membentuk satelit.
Tahun 1919, Jeans memperbaharui teorinya. Ia mengatakan bahwa saat pertemuan kedua bintang terjadi, radius matahari sama dengan orbit Neptunus. Pengubahan ini memperlihatkan kemudahan untuk melontarkan materi pada jarak dikehendaki. Materinya juga cukup dingin dengan temperature 20 K dan massa sekitar ½ massa Jupiter.
B.     Bumi Sebagai Planet
1.      Sejarah
Sejalan dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, pengertian tentang planet juga terus berubah. Awalnya planet itu didefinisikan sesuatu yang bergerak melintasi langit. Tetapi kemudian didefinisikan lagi menjadi benda yang bergerak mengelilingi bumi. Ketika model heliosentrik ditemukan pada abad ke-16 pengertian planet berubah lagi menjadi sesuatu yang mengorbit matahari, dan bumi hanyalah sebuah planet. Sampai pertengahan abad ke-19, semua obyek apa pun yang ditemukan mengitari matahari didaftarkan sebagai planet.
Selama 1800-an, astronom mulai menyadari bahwa banyak penemuan terbaru tidak mirip dengan planet-planet tradisional. Obyek-obyek seperti Ceres, Pallas, dan Vesta yang telah diklasifikasikan sebagai planet hingga hampir setengah abad, kemudian diklasifikasikan lagi menjadi asteroid.
Namun pada abad ke-20, Pluto ditemukan. Setelah pengamatan-pengamatan awal mengarahkan pada dugaan bahwa Pluto berukuran lebih besar daripada bumi, IAU (yang baru saja dibentuk) menerima obyek tersebut sebagai planet. Namun pada peninjauan lebih jauh ternyata Pluto jauh lebih kecil dari dugaan semula, tapi karena ukuarannya lebih besar dibandingkan semua asteroid yang diketahui, statusnya tetap dipertahankan kira-kira 70 tahun.
Pada tahun 1990-an dan awal 2000-an, terjadi banjir penemuan obyek-obyek sejenis Pluto di daerah yang relatif sama. Seperti Ceres dan asteroid-steroid pada masa sebelumnya, Pluto ditemukan hanya sebagai benda kecil dalam sebuah populasi berjumlah ribuan. Semakin banyak astronom yang meminta agar Pluto didefiisikan ulang. Penemuan Eris, sebuah obyek yang lebih masif daripada Pluto, dipublikasikan sebagai planet kesepuluh, membuat hal ini semakin mengemuka. Akhirnya pada 24 Agustus 2006, IAU membuat definisi planet. Jumlah planet dalam tata surya berkurang menjadi 8 yaitu Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Yupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus. Sebuah kelass baru pun diciptakan, yaitu planet katai, yang pada awalnya terdiri dari tiga obyek, Ceres, Pluto, dan Eris.
2.      Galaksi
Galaksi adalah tata bintang. Galaksi kita dikenal dengan Bima Sakti yang kira-kira terdapat 200 milyar bintang. Bima Sakti berbentuk spiral (gulungan), tetapi karena kita berada di dalamnya, kita melihat sebagai pita kabur berisikan bintang-bintang. Bima Sakti kira-kira terbentang selebar 100000 tahun cahaya, dan bagian tengahnya kira-kira setebal 15000 tahun cahaya. Tata surya kita terletak sekitar 30000 tahun cahaya dari pusat galaksi.
Para ahli astronomi mengetahui bahwa selain Bima Sakti terdapat banyak galaksi lain. Beberapa di antaranya dikenal sebagai galaksi kecil. Sekelompok galaksi bersama-sama membentuk galaksi besar.
3.      Tata Surya
Tata surya (solar system) terdiri dari sebuah bintang yang disebut matahari dan semua objek yang mengelilinginya. Objek-objek tersebut termasuk delapan buah planet yang telah dijelaskan sebelumnya dengan membentuk orbit berbentuk elips, meteor, asteroid, komet, planet-planet katai/kerdil dan satelit-satelit alami. Tata surya dipercaya terbentuk sejak 4,6 milyar tahun yang lalu dan merupakan hasil penggumpalan gas dan debu di angkasa yang membentuk matahari dan kemudian planet-planet yang mengelilinginya.
Tata surya terletak di tepi galaksi Bima Sakti dengan jarak sekitar 2,6 x 1017 km dari pusat galaksi, atau sekitar 25.000 hingga 28.000 tahun cahaya dari pusat galaksi. Tata suurya mengelilingi pusat Bima Sakti dengan kecepatan 220 km/detik dan dibutuhkan 225-250 juta tahun untuk mengelilingi pusat galaksi.
Sebuah planet dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu planet besar dan planet kecil. Merkurius, Venus, Bumi, dan Mars membentuk empat kelompok planet kecil dan sejenis bumi. Sedangkan yang termassuk planet besar adalah Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus.  
4.      Matahari
Matahari merupakan pusat tata surya. Tata surya terdiri dari Matahari dan delapan planet (salah satunya adalah bumi), dan semua benda lain yang berjalan mengedari matahari. Matahari merupakan bintang terdekat dengan bumi dengan jarak rata-rata 149.680.000 km. matahari berputar 25,04 hari bumi setiap putaran dan mempunyai gravitasi 27,9 kali gravitasi bumi.
Di samping sebagai pusat peredaran, matahari juga merupakan pusat sumber tenaga di lingkungan tata surya. Matahari terdiri dari inti dan tiga lapisan kulit, masing-masing fotosfer, kromosfer, dan korona.
  
C.     Struktur Bumi
1.      Lithosfer
Lithosfer adalah lapisan paling luar bumi (tebal kira-kira 100 km) dan terdiri dari kerak bumi dan bagian atas selubung. Lithosfer bersuhu dingin dan kaku.  Di bawah lithofer pada kedalaman kira-kira 700 km terdapat astenosfer. Bagian luar dari lithosfer adalah kerak bumi, tempat manusia tinggal, yaitu merupakan serpihan-serpihan raksasa yang mengambang di atas bubur cair inti bumi. Kerak bumi terbagi menjadi dua kategori, yaitu kerak samudra dan kerak benua.
Unsur-unsur kimia utama pembentuk kerak bumi adalah Oksigen (O) (46,6%), Silikon (Si) (27,7%), Aluminium (Al) (8,1%), Besi (Fe) (5,0%), Kalsium (Ca) (3,6%), Natrium (Na) (2,8%), Kalium (K) (2,6%), Magnesium (Mg) (2,1%).
2.      Astenosfer
Astenosfer bersifat fluida karena hampir berada dalam titik lebur. Astenosfer mengalir akibat tekanan yang terjadi sepanjang waktu. Di bawah lithosfer terdapat lapiasan batuan cair yang dinamakan astenosfer karena suhu dan  tekanan di lapisan astenosfer ini sangat tinggi, batu-batuan di lapisan inibergerak mengalir seperti cairan (fluid).
3.      Mesosfer
Lapisan bumi berikutnya adalah mesosfer. Mesosfer leboh kaku daripada astenosfer namun lebih kental dibandingkan lithosfer. Mesosfer terdiri dari sebagian besar selubung hingga inti bumi.
4.      Inti Bumi
Inti bumi adalah lapisan yang paling dalam dari bumi, lapisan ini diperkirakan mempunyai jari-jari 3500 km yang terdiri dari dua bagian masing-masing inti luar (outer core) dan inti dalam (inner core) laapisan inti luar membujur sampai kedalam 5100km di bawah permukaan bumi dan diperkirakan berupa fluida.
D.    Pembentukan Benua dan Samudera
1.      Teori Pembentukan Lempeng
Teori lempeng tektonik pertama kali dikemukakan oleh Alfred Wegner pada tahun 1912. Dalam teori ini Wegner mengemukakan bahwa lempengan bumi terus bergerak dari waktu ke waktu. Menurut Wegner awalnya di bumi hanya terdapat satu benua besar yaitu Pangea sampai sekitar 300 juta tahun lalu di akhir zaman karbon. Kemudian benua besar Pangae pecah dan terpisah-pisah menjadi benua Asia, Eropa, Afrika, Amerika, Australia, dan Antartika.
Awalnya banyak ilmuwan yang menentang, seperti Rollin Chamberlain yang mengatakan teori ini tidak berdasar. Namun pada tahun 1929 Arhur Holmes mendukung teori Wegner. Pembuktian teori Wegner dikukuhkan pada tahun 1960 oleh Harry Hess yang merupakan pakar geologi. Dan sekarang teori ini merupakan arus utama dalam ilmu kebumian.
2.      Pergerakan Lempeng (Plate Movement)
Berdasarkan arah pergerakannya, perbatasan antara lempeng tektonik yang satu dengan yang lainnya terbagi dalam tiga jenis, yaitu divergen, konvergen, dan transform.
a.       Batas Divergen
Divergen terjadi pada dua lempeng tektonik yang bergerak saling memberai (break apart). Ketika sebuah lempeng tektonik pecah, lapisan lithosfer menipis dan terbelah, membentuk batas divergen.
Pada lempeng samudra, proses ini menyebabkan pemekaran dasar laut (seafloor spreading). Sedangkan pada lempeng benua, proses ini menyebabkan terbentuknya lembah retakan (rift valley) akibat adanya celah antara kedua lempeng yang saling menjauh tersebut.
b.      Batas Konvergen
Konvergen terjadi apabila dua lempeng tektonik tertelan (consumed) kearah kerak bumi yang mengakibatkan keduanya bergerak saling menumu satu sama lain. Wilayah di mana suatu lempeng samudra terdorong ke bawah lempeng samudra lain disebut dengan zona tunjaman. Pada zona inilah sering terjadi gempa.
c.       Transform
Transform terjadi bila dua lempeng tektonik bergerak saling meggelangsar (slide each other), yaitu bergerak sejajar namun berlawanan arah. Keduanya tidak saling memberai maupun menumpu. Batas transform umumnya berada di dasar laut, namun ada juga yang berada di daratan.
E.     Gempa Bumi dan Tsunami
1.      Gempa Bumi
Gempa bumi adalah getaran yang terjadi pada permukaan bumi. Gempa bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak bumi (lempeng bumi). Pada dasarnya gempa bumi dapat dibedakan menjadi gempa bumi gunung apai, gempa bumi tektonik, dan gempa bumi robohan. Terdapat 2 mekanisme utama bagi terjadinya gempa bumi tektonik yaitu mekanisme penujaman (subdunction mechanism) dan mekanisme patahan (fault mechanism).
a.       Intensitas
Intensitas adalah besaran yang dipakai untuk mengukur suatu gempa selain dengan magnitude. Intensitas dapat didefinisikan sebagai besarnya kerusakan di suatu tempat akibat gempa bumi yang diukur berdasarkan kerusakan yang terjadi. Harga intensitas merupakan fungsi dari magnitude, jarak ke episenter, lama getaran, kedalaman gempa, kondisi tanah dan keadaan bangunan.

b.      Tipe Gempa Bumi
1)      Gempa Bumi Tektonik
Gempa bumi tektonik disebabkan oleh pelepasan tenaga yang terjadi karena pergeseran lempengan plat tektonik. Tenaga yang dihasilkan oleh tekanan antara batuan dikenal sebagai kecacatan tektonik. Teori dari plat tektonik menjelaskan bahwa bumi terdiri dari beberapa lapisan batuan, sebagian besar dari lapisan kerak itu akan hanyut di lapisa seperti salju. Lapisan tersebut bergerak perlahan sehingga berpecah-pecah dan bertabrakan satu sama lainnya. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya gempa tektonik.
2)      Gempa Bumi Gunung Berapi
Gempa bumi gunung berapi disebabkan oleh pergerakan magma keatas dalam gunung berapi, di mana geseran batu-batuan menghasilkan gempa bumi. Ketika magma bergerak ke permukaan gunung berapi, ia bergerak dan memecahkan batu-batuan serta mengakibatkan getaran berkepanjangan yang dapat bertahan dari beberapa jam hingga beberapa hari. Gempa bumi gunung berapi sering terjadi di kawasan yang berdekatan dengan gunung berapi.

2.      Tsunami
Tsunami berasal dari bahasa Jepang yang terdiri dari dua penggal kata yaitu “tsu” yang berarti pelabuhan dan “nami” yang berarti gelombang. Jadi secara harfiah tsunami berarti gelombang pelabuhan. Tsunami adalah gejala alam yang terjadi dari suatu rangkaian gelombang laut yang terjadi baik di laut maupun di danau karena berpindahnya massa air dalam volume besar dan dalam waktu yang cepat.

Daftar Pustaka

Aly, Abdullah dan Eny Rahma. 1998. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.
Purnama, Hari. 2003. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: Rineka Cipta.

Tim MK IAD UNP. 2007. Handout Ilmu Kealaman Dasar. Padang: UPT MKU UNP.