A.
Biosfer dan Makhluk Hidup
Biosfer
adalah zona tipis di Bumi dan di atas permukaan Bumi yang tebalnya tidak lebih
dari 20 km. Saat ini Bumi merupakan satu-satunya tempat di alam dunia yang
diketahui terdapat kehidupan dan tempat makhluk hidup melakukan aktivitas
hidupnya. Makhluk hidup selalu berinteraksi dengan lingkungannya, yang terdiri
dari lingkungan tak hidup (abiotik) dan lingkungan hidup (biotik).
Biosfer
terdiri dari sebagian lapisan atmosfer dan lapisan kulit Bumi. Lapisan atmosfer
adalah lapisan udara di atas muka Bumi, yang membungkusnya dengan gas-gas dan
terdiri dari tiga lapisan utama, yaitu ionosfer (+80 km di atas muka Bumi),
stratosfer (16-18 km di atas muka Bumi), troposfer (0-16 km di atas muka Bumi).
Sampai
saat ini, baru diketahui hanya di lapisan troposfer makhluk hidup bisa
beraktivitas. Troposfer adalah lapisan dinamis yang terdapat uap air yang dapat
membentuk awan dan hujan secara periodik.
Sedangkan
lapisan kulit Bumi terdiri dari dua bagian, yaitu litosfer dan hidrosfer.
Litosfer merupakan bagian yang padat dari lapisan kulit Bumi. Sedangkan
hidrosfer merupakan bagian yang cair dari lapisan kulit Bumi.
Jadi
makhluk hidup tinggal dan beraktivitas di kedua lapisan bumi tersebut. Makhluk
hidup hanya dapat beraktivitas pada lapisan troposfer dari atmosfer, hidrosfer,
dan litosfer. Oleh karena itu, ketika lapisan tersebut disebut dengan lapisan
biosfer.
B.
Sel Sebagai Unit Kehidupan
1. Sel
Sebagai Unit Kehidupan
Sel
merupakan unit kehidupan, baik dari segi struktural, pertumbuhan, reproduksi,
hereditas, dan fungsional. Sel sebagai unit struktural maksudnya adalah sel
merupakan satuan terkecil penyusun tubuh organisme. Organisme multiseluler,
tubuhnya dibangun oleh banyak sel yang diperoleh darin pembelahan mitosis
berulang-ulang sebuah sel tunggal (monoseluler) yang disebut zigot. Zigot
dihasilkan dari peleburan sel kelamin (sel benih) jantan dan betina. Karena
dari sel kelamin dapat dihasilkan individu baru, sel dikatakan juga sebagai
unit produksi. Masing-masing sel kelamin (sel kelamin jantan dan sel kelamin
betina) membawa materi genetik (genom) sebagai penentu sifat (karakter) yang
akan diwariskan kepada turunannya (individu baru).
Di
dalam masing-masing sel penyusun tubuh makhluk hidup terselenggara semua
aktivitas kehidupan, baik pada organisme uniseluler, organisme yang selnya
bergabung membentuk koloni dan pada organisme uniseluler. Pada organisme uniseluler,
seluruh aktivitas hidup dilaksanakan oleh sel tersebut. Pada organisme yang
berbentuk koloni belum tampak diferensiasi fungsi yang jelas dari masing-masing
sel penyusun koloninya. Sedangkan organisme multiseluler terdapat diferensiasi
fungsi untuk menjalankan aktivitas kehidupan.
Agar
dapat melaksanakan seluruh aktivitas hidup, sel harus memiliki bagian-bagian
utama, yaitu membran plasma, protoplasma (cairan sel atau sitoplasma dengan
seluruh organel-organel sel yang terdapat di dalamnya), dan nukleus yang
mengandung materi genetik (genom).
2. Reproduksi
Sel
a. Reproduksi
Sel
Reproduksi
sel dapat diartikan sel memperbanyak diri, baik yang terjadi pada organisme
tingkat sel (uniseluler) maupun yang terjadi pada sel-sel penyusun tubuh
organisme multiseluler. Reproduksi sel dapat dibedakan atas: amitosis, mitosis,
dan meiosis. Amitosis adalah pembelahan langsung tanpa melalui
tahapan. Pada amitosis, mula-mula nukleus membelah kemudian diikuti pembagian
sitoplasma dari sel induk, dan dari satu sel induk bisa terbentuk dua sel baru
atau lebih.
Sedangkan mitosis adalah pembelahan sel
melalui beberapa tahapan utama yaitu: profase, metafase, anafase dan telofase.
Mitosis ditujukan untuk memperbanyak sel, biasanya terjadi pada proses
pertumbuhan individu dan perbaikan (pengganti) sel-sel tubuh yang rusak.
Kemudian meiosis adalah pembelahan sel
yang bersifat reduksi dari sel yang diploid menjadi sel haploid (terjadi
penurunan jumlah kromosom sel anak menjadi setengah jumlah kromosom sel
induknya), dan dari satu sel induk menjadi empat sel anak. Meiosis terdiri dari
dua tahap pembelahan yaitu meiosis I dan meiosis II. Meiosis I terdiri dari
profase I yang terbagi lagi menjadi 5 fase yaitu leptonema, zygonema,
pakhinema, diplonema, dan diakinesis.
b. Reproduksi
Makhluk Hidup
Proses
yang dilakukan oleh makhluk hidup untuk menghasilkan individu baru (keturunan)
dari jenisnya dinamakan reproduksi (perkembangbiakan). Tujuan reproduksi adalah
untuk mempertahankan kelestarian suatu spesies (jenis) makhluk hidup. Banyak
cara reproduksi yang dilakukan oleh organisme. Cara-cara reproduksi
tersebut dikelompokkan atas: 1) reproduksi aseksual (vegetatif), dan 2)
reproduksi seksual (generatif).
Reproduksi
aseksual adalah jenis reproduksi yang dilakukan oleh suatu organisme dengan
melibatkan sel tubuh saja tanpa melibatkan sel kelamin. Pada hewan,
perkembangbiakan seperti ini umumnya hanya dijumpai pada hewan rendah, misalnya
paramaecium, amoeba, dan euglena dengan membelah diri; hydra dan ubur-ubur
dengan bertunas; bintang laut dan planaria dengan fragmentasi. Pada tumbuhan
reproduksi aseksual dilakukan oleh tumbuhan rendah sampai tumbuhan tinggi;
misalnya membentuk spora pada algae dan lumut; tunas, umbi, rizoma pada
tumbuhan tinggi.
Reproduksi
seksual adalah perkembangbiakan makhluk hidup yang melibatkan sel kelamin
(gamet). Dengan demikian, yang dimaksud reproduksi seksual bukan hanya
perkembangbiakan melalui perkawinan (peleburan sel kelamin jantan dan betina)
saja, tetapi partenogenesis pun termasuk di dalamnya. Partenogenesis adalah
reproduksi seksual dimana gamet betina (ovum) tumbuh menjadi embrio tanpa
menyatu dengan gamet jantan (sperma). Partenogenesis ini dijumpai pada lebah,
semut, lalat buah, dan lain-lain. Konyugasi pun dimasukkan ahli ke dalam jenis
reproduksi seksual.
Selain
reproduksi yang berlangsung secara alami, kita kenal pula ada reproduksi
buatan, baik yang dilakukan secara in vivo maupun in vitro.
Reproduksi buatan biasanya dilakukan oleh manusia untuk meningkatkan
kesejahteraannya. Misalnya reproduksi buatan yang dilakukan pada tumbuhan dan
hewan ternak.
1) Reproduksi
Alami pada Hewan
Hewan
dapat melakukan reproduksi aseksual dan seksual. Reproduksi aseksual pada hewan
sedikit terjadi jika dibandingkan dengan tumbuhan, dan hanya terbatas pada
hewan tingkat rendah, yaitu dengan cara pembelahan sel, pertunasan (“budding”),
dan fragmentasi.
Pembelahan:
Terjadi pada hewan bersel satu (Protozoa), misalnya amoeba, paramaecium, dan
euglena.
Pertunasan
(budding): Terjadi pada Hydra sp, ubur-ubur, dan
lain-lain. Keturunan baru berkembang dari tunas yang tumbuh pada tubuh induk.
Pada beberapa spesies, misalnya ubur-ubur dan Hydra sp, tunas akan
lepas dan dapat hidup bebas. Pada koral, tunas tetap terikat pada tubuh induk
dan menyebabkan terjadinya koloni.
Fragmentasi:
Terjadi pada beberapa jenis cacing (misalnya planaria), bintang laut, ular, dan
lain-lain. Pada beberapa jenis cacing, setelah tubuh mencapai ukuran normal
(dewasa), secara spontan cacing tersebut terbagi-bagi menjadi delapan atau
sembilan bagian. Setiap bagian akan berkembang menjadi cacing dewasa dan proses
ini terulang kembali.
Reproduksi
seksual merupakan cara reproduksi pada hampir semua hewan mulai hewan tingkat
rendah sampai hewan tingkat tinggi. Reproduksi seksual melibatkan kelenjar
kelamin (gonad) untuk menghasilkan gamet jantan (sperma) dan gamet betina (ovum
atau sel telur). Pada umumnya reproduksi seksual terjadi melalui penyatuan
sperma dan ovum saat berlangsungnya pembuahan (fertilisasi), walaupun pada
partenogenesis ovum dapat berkembang menjadi individu baru tanpa fertilisasi.
Sperma memiliki bentuk dan ukuran yang jauh berbeda dengan ovum sehingga
disebut heterogamet.
2) Reproduksi
Alami pada Tumbuhan
Tumbuhan
juga melakukan reproduksi aseksual dan seksual, sama halnya dengan hewan.
Bedanya, pada tumbuhan, semua tingkatan mulai dari tumbuhan tingkat rendah
sampai tumbuhan tingkat tinggi mampu melakukan reproduksi aseksual maupun
seksual. Pada tumbuhan, fertilisasi dan meiosis membagi kehidupan individu
menjadi dua fase atau generasi, yaitu generasi gametofit mulai dengan spora
yang dihasilkan saat meiosis. Spora ini haploid dan semua sel yang
diturunkannya juga haploid. Diantara sel-sel yang dihasilkan generasi sporofit
mulai dengan zigot yang diploid, semua sel yang berasal dari sini yang berkembang
dengan cara mitosis juga diploid. Akhirnya sel-sel tertentu akan menjalani
meiosis sehingga terbentuk spora-spora, pertanda dimulai kembali generasi
gametofit.
3) Reproduksi
Buatan
Reproduksi buatan umumnya sengaja dilakukan oleh manusia untuk menunjang
kesejaheraanya. Reproduksi buatan ini dapat dilakukan secara in vivo
maupun in vitro. Reproduksi vegetatif buatan sangat banyak dilakukan
manusia pada tumbuhan, misalnya memperbanyak tanaman dengan stek, cangkok,
menyambung, menempel, dan lain-lain. Kesemua cara ini ditujukan agar tanaman
berproduksi dalam waktu yang cepat dan kualitas baik.
Pada hewan ternak, reproduksi buatan in vivo dilakukan dengan
mempertemukan gamet jantan dan betina tetap dalam tubuh hewan betina, tetapi
dengan metode kawin suntik. Pada proses ini, sperma dari hewan jantan yang kita
inginkan ditransfer ke dalam saluran kelamin hewan betina yang sedang birahi dengan
sejenis alat yang mempunyai jarum suntik, sehingga disebut kawin suntik.
Pada reproduksi buatan in vitro (yang sangat dikenal dengan bayi
tabung pada manusia), reproduksi dilakukan dengan cara menyatukan gamet jantan
dan gamet betina di luar tubuh hewan yang bersangkutan, yang biasanya digunakan
cawan petri, karena itulah disebut in vitro yang secara harfiah
artinya di dalam gelas (cawan). Setelah terjadi pembuahan dalam cawan, embrio
dibiarkan berkembang sampai stadium blastula, kemudian ditransfer ke dalam
rongga uterus (rahim) ibu. Di dalam rahim itu embrio berkembang, berimplantasi,
dan menjadi individu baru seperti pada kehamilan biasa. Teknik seperti ini
sering disebut bayi tabung.
C.
Asal Mula Kehidupan
Berikut
in adalah beberapa teori tentang asal mula kehidupan di Bumi.
1. Teori
Cosmozoa, menyatakan bahawa makhluk hidup datang di Bumi dari bagian lain alam
semesta ini. Teori ini berdasarkan dua asumsi bahwa, (1) benda hidup itu ada
atau telah ada di suatu tempat dalam alam semesta ini dan (2) hidup itu dapat
dipertahankan selama perjalanan antar benda angkasa ke Bumi.
2. Teori
Pfluger, menyatakan bahwa Bumi berassal dari suatu materi yang sangat panas,
kemudian dari bahan itu mengandung karbon
dan nitrogen terbentuk senyawa Cyanogen (CN). Dari senyawa ini terbentuk
zat protein pembentuk protoplasma yang akan menjadi makhluk hidup.
3. Teori
Moore, menyatakan bahwa dapat munncul dari kondisi yang cocok dari bahan
anorgonik pada saat Bumi mengalami pendinginan melalui suatu proses yang
kompleks dalam larutan yang labil. Bila keadaan kompleks ini tercapai akan
muncullah hidup itu.
4. Teori
Allen, menyatakan pada saat keadaan fisis Bumi ini seperti keadaan sekarang,
beberapa reaksi terjadi yaitu energi yang datang dari sinar Matahari diserap
oleh zat besi yang lembab dan menimbulkan pengaturan atom dari materi-materi.
Interaksi antara nitrogen, karbon, hidrogen, oksigen, dan sulfur dalam genangan
air di muka Bumi akan mementuk zat-zat yang difus yang akhirnya membentuk
protoplasma benda hidup.
5. Teori
Transendental, teori ini menyatakan bahwa makhluk hidup itu diciptakan oleh
Super Nature atau Tuhan Yang Mahakuasa di luar jangkauan sains. (Jasin,
1997:120-121).
D.
Proses Evolusi Kehidupan
Perubahan
makhluk hidup dari bentuk yang sederhana ke bentuk yang lebih kompleks dan bervariasi
terjadi karena DNA mengalami perubahan kode genetik (mutasi). Kode genetik yang
paling sesuai dengan keadaan lingkungan
akan mendapatkan peluang ang lebih besar untuk berkembang. Organisme
yang dapat bertahan hidup di lingkungan tertentu disebut dengan adaptasi.
Makhluk hidup yang mampu beradaptasi terhadap lingkungan hidupnya dapat
mengembangkan populasinya, sedangkan yang tidak mampu beraptasi akan punah.
Inilah yang disebut dengan seleksi alam (natural
selection).
E. Keanekaragaman
Makhluk Hidup
1. Penyebab
Keanekaragaman Makhluk Hidup
Menurut
ahli, keanekaragaman makhluk hidup terbentuk dari proses evolusi. Saat Bumi
terbentuk terjadi proses evolusi kimiawi. Proses kimiawi mengubah
molekul-molekul organik yang lebih besar, yang kemudian memunculkan sel
pertama. Setelah waktu yang cukup lama dalam sejarah evolusi, dari sel pertama
ini kemudian memunculkan organisme multiseluler pada awal era Paleozoikum.
Proses evolusi ini terus berlanjut seiring dengan perubahan iklim dan
pergeseran benua. Pada akhirnya sebagai hasil proses evolusi, bermunculanlah
beraneka ragam makhluk hidup.
2. Klasifikasi
Makhluk Hidup
Langkah
pertama yang dilakukan untuk menngetahui ciri-ciri morfologi, anatomi,
fisiologi, perilaku atau ciri-ciri lain dari makhluk hidup adalah identifikasi.
Identifikasi yaitu menentukan nama ilmiah dan kelompok makhluk hidup sesuai
dengan Kode Tatanama Internasional. Identifikasi merupakan langkah utama
klasifikasi. Dengan klasifikasi keanekaragaman hayati makhluk hidup dapat
dipelajari dan dipahami dengan lebih mudah atau utuh.
Klasifikasi
makhluk hidup dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu system buatan
(artifisial), sistem alamiah, dan sistem filogenetik. Sistem buatan adalah
pengelompokan makhluk hidup yang lebih banyak didasarkan pada ciri-ciri
morfologi atau habitatnya, tetapi penggunaan ciri-ciri alami masih terbatas,
sehingga kelompok-kelompok yang dihasilkan juga terbatas. Contoh: 1)
Klasifikasi oleh Aristoteles yang mengelompokkan tumbuhan berdasarkan habitat
dan perawakannya menjadi 4 kelompok, yaitu; gulma atau liana, semak, perdu, dan
pohon. 2) Klasifikasi oleh Carolus Linnaeus yang mengelompokkan tumbuhan
menurut jumlah benang sari, yaitu: monandrie (1 benang sari), diandrie (2
benang sari) dan seterusnya.
F.
Persebaran dan Sejarah Perkembangan
Makhluk Hidup
1. Persebaran
Makhluk Hidup
Biogeografi
adalah ilmu yang mempelajari tentang persebaran organisme di muka bumi. Studi
tentang penyebaran spesies menunjukkan, spesies-spesies berasal dari
suatu tempat, namun selanjutnya menyebar ke berbagai daerah. Organisme tersebut
kemudian mengadakan diferensiasi menjadi subspesies baru dan spesies yang cocok
terhadp daerah yang ditempatinya. Persebaran organisme di bumi dipengaruhi oleh
faktor lingkungan, sejarah geologi, dan penghambat fisik.
a.
Faktor
Lingkungan
Dua
faktor lingkunganutama yang berpengaruh terhadp persebaran makhluk hidup adalah
faktor abiotik (daratan, perairan, dan lintang geografis) dan biotik (tumbuhan,
hewan dan jasad renik (mikroorganisme).
b.
Faktor Sejarah
Geologi
Saat
dunia masih bersatu dalam bentuk Pangaea,
kira-kira 200 juta tahun lalu, suatu spesies berada dalam pada daerah dan
bentuk yang sama. Kemudian seiring berjalannya waktu benua-benua mulai
memisahkan diri. Spesies-spesies yang awalnya hidup dalam daratan yang sama
kemudian terpisah. Spesies yang terpisah tersebut masing-masing mendapatkan
lingkungan yang berbeda. Spesies yang terpisah tersebut mulai beradaptasi dan
mengubah bentuk dan fungsi tubuhnya sesuai dengan keadaan lingkungannya. Dengan
demikian karena perubahan bentuk dan fungsi tubuhnya maka terbentuklah
subspesies.
c. Faktor Penghambat Fisik
Faktor penghambat fisik disebut juga penghalang geografi atau barrier
(isolasi geografi) seperti daratan (land barrier), perairan (water
barrier), dan penggentingan daratan (isthmus). Contohnya adalah:
gunung yang tinggi, padang pasir, sungai atau lautan membatasi penyebaran dan
kompetisi dari suatu spesies. Contoh kasusnya adalah terjadinya subspesies
burung finch di kepulauan Galapagos akibat isolasi geografis. Di kepulauan
tersebut, Charles Darwin menemukan 14 spesies burung finch yang diduga berasal
dari satu jenis burung finch dari Amerika Selatan. Perbedaan burung finch
tersebut akibat keadaan lingkungan yang berbeda. Perbedaannya terletak pada ukuran
dan bentuk paruhnya. Perbedaan ini ada hubungannya dengan jenis makanan.
d.
Persebaran Tumbuhan dan Hewan
Garis
lintang bumi (lattude) menunjukkan terdapatnya 4 wilayah iklim di
bumi, yaitu tropis, subtropis, dingin, dan kutub. Perbedaan iklim tersebut,
selain jenis tanahnya akan memberikan perbedaan jenis tumbuhan yang hidup di
sana karena faktor adaptasi dengan lingkungan. Dengan ketinggian lahan dari
permukaan laut sampai ke puncak gunung yang paling tinggi (altitude)
juga menunjukkan perbedaan iklim yang mirip, yang menyebabkan pada dataran
rendah sampai ke dataran tinggi didiami oleh tumbuhan yang berbeda-beda.
Pada
persebaran hewan lebih ditentukan oleh letak/wilayah geografis (zoogeografis).
Di bumi, daerah persebaran hewan (zoogeografi) dibedakan menjadi enam lokasi
berdasarkan persamaan fauna, yaitu: 1) Palearktik (palearctic) yang
meliputi Asia sebelah utara Himalaya, Eropa dan Afrika, dan Gurun Sahara
sebelah Utara, 2) Nearktik (nearctic) yaitu Amerika Utara, 3) Neotropis
(neotropical) yaitu Amerika Selatan bagian tengah, 4) Oriental
meliputi Asia dan Himalaya bagian Selatan; 5) Etiopia (ethiopian)
yaitu Afrika, dan 6) Australia (australian) meliputi Australia dan
pulau-pulau sekitarnya.
2. Sejarah
Perkembangan Makhluk Hidup
Menurut
suatu teori, organisme sekarang adalah hasil dari proses evolusi kehidupan.
Evolusi kehidupan adalah suatu perubahan kehidupan menjadi bentuk kehidupan
lainnya melalui suatu proses yang perlahan-lahan dan mungkin memakan waktu
ratusan sampai jutaan tahun. Teori tersebut menyebutkan bahwa organisme yang
mula-mula ada di dunia berupa organisme bersel tunggal dan organisme ini
berasal dari agregasi molekul-molekul yang ada.
Bagaimana
mekanisme dasar sehingga organisme bersel tunggal itu tersebut menjadi makhluk hidup bersel banyak?
Salah satu dugaan ini adalah yaitu: Biosfer: suatu dunia kehidupan di Bumi kita
ini komponennya menjadi suatu subsistem. Maka sebagai suatu subsistem organisme
itu dibentuk oleh materi dan energy yang tersedia dalam biosfer pula. Karena
dalam biosfer berlaku hukum Termodinamika I dan II, maka organisme itu akan
mengalami perlakuan hukum tersebut.
Hukum
Termodinamika I:
Di dalam biosfer tak ada energi
yang hilang, jumlah energi itu tetap yang berubah hanya bentuknya.
Contohnya:
Energi listrik berubah menjadi energi mekanik, energi mekanis berubah menjadi energi panas.
Hukum
Termodinamika II:
Bila suatu sistem dibiarkan berdiri
sendiri, maka sistem tersebut cenderung untuk mengalami penguraian kearah yang
paling tidak teratur.
Berkaitan
dengan hukum I dan II tersebut, organisme akan menjadi suatu jalur arus energi.
Dalam tubuh organisme, energi akan mengalami sebagai suatu sistem. Kalau
dibiarkan begitu saja maka organisme akan cendrung kea rah kerusakan yang
paling parah. Sebaliknya, organisme sebagai suatu sistem akan mempertahankan
diri dari perlakuan hukum tersebut. Organisme dapat mempertahankan diri dengan
adanya kemampuan pelestarian diri, sedangkan kemampuan ini adalah bagian dari
proses evolusi.
Perkembangan
lain, yaitu adanya suatu kerjasama antara organisme, sehingga akan membentuk
kalori. Dengan alas an yang sama pula terjadi gejala perkembangan menuju kearah
pembentukan organisme bersel banyak. Kemudian berkembanglah apa yang dinamakan organisme
bersel banyak seperti halnya organisme uniselluler, organisme multiselluler ini
berkembang menjadi beraneka ragam organisasi lainnya.
Kepustakaan
Jasin,
Maskoeri. 1997. Ilmu Alamiah Dasar.
Jakarta: RajaGrafindo.
Purnama, Hari. 2003. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: Rineka
Cipta.
Tim MK IAD UNP. 2007. Handout Ilmu Kealaman Dasar. Padang: UPT MKU UNP.
terima kasih cinta untuk segalanya kau berikan lagi materi ini tak akan ku siakan lagi semuaaaa materi ini untuk diriku
BalasHapus