A. Pembentukan
Alam Semesta dan Tata Surya
1. Teori
Terbentuknya Alam Semesta
Alam
semesta yang kita ketahui sekarang ini awal mulanya berasal dari gas yang
berserakan secara teratur di angkasa kemudian menjadi kabut (menjadi kumpulan
kosmos). Dalam pengertian alam semesta mencakup tentang mikro kosmos dan makro
kosmos. Mikro kosmos yaitu benda-benda yang berukuran kecil seperti atom, sel,
elektron, dan benda-benda kecil lainnya. Sedangkan makro kosmos yaitu
benda-benda yang berukuran besar seperti bintang, planet, dan matahari.
Ada
dua teori tentang bagaimana terbentuknya alam semesta. Teori tersebut adalah
sebagai berikut.
a. Teori
Keadaan Tetap (Steady-State Theory)
Teori
ini mengatakan bahwa alam ini ada tanpa awal dan aka nada selama-lamanya. Teori
ini berdasarkan prinsip kosmologi sempurna yang menyatakan bahwa alam semesta
di mana pun dan bagaimana pun selalu sama. Berdasarkan prinsip ini alam semesta
terjadi pada suatu saat tertentu yang telah lalu dan segala sesuatu di alam
semesta selalu tetap sama walaupun galaksi-galaksi saling bergerak menjauhi
satu sama lain.
b. Teori
Dentuman Besar (Big-Bang Theory)
Teori
ini menyatakan bahwa alam ini ada dari suatu ketiadaan dan akan berakhir dengan
ketiadaan pula. Pada awalnya semua objek
di alam semesta adalah satu dan kemudian terpisah karena sebuah ledakan yang
sangat dahsyat. Teori ini berlandaskan pada asumsi massa yang sangat besar dan
mempunyai massa jenis yang sangat besar, karena adanya reaksi inti kemudian
meledak dengan hebat. Massa tersebut kemudian mengembang dengan sangat cepat
menjauhhi pusat ledakan.
Menurut
teori ini ada beberapa masa yang penting selama terjadinya alam semesta yaitu:
1) Masa
batas dinding Planck, yaitu masa pada
saat alam semesta berumur 10-43 detik berdasarkan hasil perhitungan
Planck.
2) Masa
Jiffy, yaitu masa pada saat alam semesta berumur 10-23 detik, dengan
jari-jari alam semesta 10-13 cm dengan kerapatannya 1055
kali kerapatan air.
3) Masa
Quark, yaitu maka pada saat alam semesta berumur 10-4 detik. Pada
masa ini partikel-partikel saling bertumpang tindih dan tidak berstruktur serta
diikuti dengan terbentuknya hadron yang mempunyai kerapatan 109 ton
tiap sentimeter kubik.
4) Masa
pembentukan Lipton, yaitu masa pada saat alam semesta berumur setelah 10-4
detik.
5) Masa
radiasi, yaitu masa alam semesta berumur 1 detik sampai satu juta kemudian pada
saat terbentuknya fusi hydrogen menjadi helium mempuyai suhu 109
derajat Kelvin. Pada saat usia alam semesta berumur 105 sampai 106
tahun mempunyai suhu 3000 derajat Kelvin.
6) Masa
pembentukan Galaksi, yaitu pada usia alam semesta 108-109 tahun.
Pada saat usia ini galaksi masih berupa kabut pilin yang berputar membentuk
piring raksasa.
7) Masa
pembentukan tata surya yaitu pada usia 4,4 x 109 tahun. (Purnama,
2003:131).
2. Teori
Terbentuknya Galaksi dan Tatasurya
Berikut ini akan
dijelaskan teori-teori pembentukan Tata Surya.
a. Permulaan
Perhitungan Ilmiah
Perhitungan
secara ilmiah pertama kali dilakukan Aristachrus dari Samos (310-230 BC). Ia
mencoba menghitung sudut Bulan-Bumi-Matahari dan mencari perbandingan jarak
dari Bumi-Matahari, dan Bumi-Bulan. Aristachrus juga merupakan orang pertama
yang menyimpulkan Bumi mengelilingi Matahari dalam lintasan berbentuk lingkaran
yang menjadi awal teori heliosentrik. Jadi heliosentrik bukanlah teori yang
baru muncul di masa Coprnicus, melainkan sebelumnya dasar teori heliosentrik
sudah diletakkan oleh Aristachrus.
Pada
era Alexandria, Eratoshenes (276-195 BC) dari Yunani berhasil menemukan cara
mengukur besar bumi dengan mengukur panjang bayangan dari kolom Alexandria dan
Syene. Eratoshenes menyimpulkan, perbedaan lintang keduanya merupakan 1/50 dari
keseluruhan revolusi. Hasil perhitungannya memberikan perbedaan 13% dari hasil
yang ada saat ini.
b. Ptolemy
dan Geosentrik
Ptolemy
(c 150 AD) menyatakan bahwa semua objek relatif terhadap bumi (geosentrik).
Teori ini pun dipercaya hampir 1400 tahun. Tapi geosentrik mempunyai kelemahan,
yaitu matahari dan bulan bergerak dalam jejak lingkaran menngitari bumi. Sementara
itu planet bergerak teidak teratur dalam serangkaian simpul kea rah timur.
Untuk mengatasi ini, Ptolemy mengajukan dua komponen gerak, yakni deferent dan
epicycle. Deferent adalah gerak dalam orbit lingkaran yang seragam denggan
periode satu tahun pada titik. Sedangkan epycycle adalah gerak seragam dalam
lintasan lingkaran dan berpusat pada deferent.
c. Teori
Heliosentrik dan Gereja
Nicolass
Copernicus merupakan orang yang pertama yang secara terang-terangan menyatakan
bahwa matahari merupakan pusat system tata surya, dan bumi mengelilinginya
dalam orbit lingkaran. Teori heliosentrik disampaikan Copernicus dalam
publikasinya yang berjudul De
Revolutionimbus Orbium Coelestium kepada Paus Pope III dan diterima oleh
gereja.
Tapi
setelah kematian Copernicus pandangan gereja berubah, yaitu pada akhir abad
ke-16 ketika Giordano Bruno, filsuf Italy, menyatakan semua bintang mirip
matahari dan masing-masing memiliki iistem planetnya yang dihuni oleh jenis
manusia yang berbeda. Pandangan inilah yang menyebabkan ia dibakar dan teori
heliosentrik dianggap berbahaya karena bertentangan dengan pandangan gereja
yang menganggap manusia pusat di alam semesta.
d. Lahirnya
Hukum Kepler
Ternyata
tidak semua orang setuju dengan Teori Heliosentrik yang dicetuskan Copernicus.
Salah satunya Tycho Brahe (1546-1601) dari Denmark yang mendukung teori
matahari dan bulan mengelilingi bumi sementara planet lain mengelilingi
matahari. Tahun 1576, Brahe membangun sebbuah observatorium di Pulau Hven, di
Laut Baltic dan melakukan penelitian di sana sampai kemudian dia indah ke
Prague pada tahun 1596.
Di
Prague, Brahe menghabiskan sisa hidupnya menyelesaikan table gerak planet
dengan bantuan asitennya Johanes Kepler (1571-1603). Setelah kematian Brahe,
Kepler menelaah data yang ditiggalkan Brahe dan menemukan bahwa orbit planet
tiduk sirkular melainkan eliptik.
Kepler
kemudian mengeluarkan tiga hukum gerak orbit, yaitu sebagai berikut.
1) Planet
bergerak dalam orbit elipis mengelilingi matahari sebagai pusat system.
2) Radius
vector menyapu luas yang sama dalam interval waktu yang sama.
3) Kuadrat
kala edar planet mengelilingi matahari sebanding dengan pankat tiga j arak
rata-rata dari matahari.
e. Teori
Nebulata
Teori Nebulata
menyatakan bahwa tata surya terbentuk dari awan panas atau kabut gas yang
panas. Teori ini dikemukakan oleh Immanuel Kant (1755) dan Pierre Simon (1796).
Menurut Kant kabut tersebut berputar lambat dan memaddat karena adanya gaya
tarik-menarik dan tolak-menolak. Dari bagian-bagiannyalah terbentuklah pada
pusatnya sebuah inti besar matahari dan sekelilingnya inti-inti kecil dari
planet-planet.
Teori
Kabut (nebula) menceritakan kejadian tersebut dalam tiga tahap sebagai berikut.
1) Matahari
dan planet-planet lainnya masih berentuk gas, kabut yang begitu pekat dan
besar.
2) Kabut
tersebut berputar dan berpilin dengan kuat, di mana pemadatan terjadi pusat
lingkaran yang kemudian membentuk matahari. Pada saat yang bersamaan materi
lain pun terbentuk menjadi massa yang lebih kecil dari matahari yang disebut
sebagai planet, bergerak mengelilingi matahari.
3) Materi-materi
tersebut tumbuh makin besar dan terus melakukan gerakan secara teratur
mengelilingi matahari dalam satu orbit yang tetap dan membentuk Susunan
Keluarga Matahari. (Tim, 2007:17).
f. Hipotesis
Planettesimal
Hipotesis
ini pertama kali dikemukakan oleh Chamberlin dan Moulton. Hipotesis ini sesuai
dengan hukum Newton, yaitu terjadinya tarik-menarik suatu bintang besar yang
sedang beredar kemudian terjadi peledakan yang melepaskan sebagian materialnya
dan dari material inilah terbentuk Planet dan Planetoida. Teori ini sama dengan
hipotesis nebular, hanya saja pembentukan planet-planet tidak harus dari satu
sumber, tapi dari sumber lain (bintang) yang kebetulan lewat dekat tata surya,
yang mana tata surya merupakan bagian di dalamnya.
g. Hipotesis
Pasang Surut
Astronom
Inggris, james Jeans (1877-1946) mengemukakan tata surya merupakan hasil
interaksi antara bintang lain dan matahari. Perbedaan ide yang ia munculkan
dengan ide Chamberlin-Moulton terletak pada absensinya prominensa. Menurut
Jeans dalam interaksi antara matahari dengan bintang lain yang melewatinya,
pasang surut yang ditimbulkan pada matahari sangat besar sehingga ada materi
yang terlepas dalam bentuk filament. Filament ini tidak stabil dan pecah
menjadi gumpalan-gumpalan yang kemudian membentuk proto planet. Akibat pengaruh
gravitasi dari bintang proto planet memiliki momentum sudut yang cukup untuk
masuk kedalam orbit di sekitar matahari. Pada akhirnya efek pasang surut
marahari ada proto planet saat pertama kali melewati perihelion memberikan
kemungkinan bagi proses pembentukan planet untuk membentuk satelit.
Tahun
1919, Jeans memperbaharui teorinya. Ia mengatakan bahwa saat pertemuan kedua
bintang terjadi, radius matahari sama dengan orbit Neptunus. Pengubahan ini
memperlihatkan kemudahan untuk melontarkan materi pada jarak dikehendaki.
Materinya juga cukup dingin dengan temperature 20 K dan massa sekitar ½ massa
Jupiter.
B. Bumi
Sebagai Planet
1. Sejarah
Sejalan
dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, pengertian tentang planet juga terus
berubah. Awalnya planet itu didefinisikan sesuatu yang bergerak melintasi
langit. Tetapi kemudian didefinisikan lagi menjadi benda yang bergerak
mengelilingi bumi. Ketika model heliosentrik ditemukan pada abad ke-16
pengertian planet berubah lagi menjadi sesuatu yang mengorbit matahari, dan
bumi hanyalah sebuah planet. Sampai pertengahan abad ke-19, semua obyek apa pun
yang ditemukan mengitari matahari didaftarkan sebagai planet.
Selama
1800-an, astronom mulai menyadari bahwa banyak penemuan terbaru tidak mirip
dengan planet-planet tradisional. Obyek-obyek seperti Ceres, Pallas, dan Vesta
yang telah diklasifikasikan sebagai planet hingga hampir setengah abad, kemudian
diklasifikasikan lagi menjadi asteroid.
Namun
pada abad ke-20, Pluto ditemukan. Setelah pengamatan-pengamatan awal mengarahkan
pada dugaan bahwa Pluto berukuran lebih besar daripada bumi, IAU (yang baru
saja dibentuk) menerima obyek tersebut sebagai planet. Namun pada peninjauan
lebih jauh ternyata Pluto jauh lebih kecil dari dugaan semula, tapi karena
ukuarannya lebih besar dibandingkan semua asteroid yang diketahui, statusnya
tetap dipertahankan kira-kira 70 tahun.
Pada
tahun 1990-an dan awal 2000-an, terjadi banjir penemuan obyek-obyek sejenis
Pluto di daerah yang relatif sama. Seperti Ceres dan asteroid-steroid pada masa
sebelumnya, Pluto ditemukan hanya sebagai benda kecil dalam sebuah populasi
berjumlah ribuan. Semakin banyak astronom yang meminta agar Pluto didefiisikan
ulang. Penemuan Eris, sebuah obyek yang lebih masif daripada Pluto,
dipublikasikan sebagai planet kesepuluh, membuat hal ini semakin mengemuka.
Akhirnya pada 24 Agustus 2006, IAU membuat definisi planet. Jumlah planet dalam
tata surya berkurang menjadi 8 yaitu Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Yupiter,
Saturnus, Uranus, dan Neptunus. Sebuah kelass baru pun diciptakan, yaitu planet
katai, yang pada awalnya terdiri dari tiga obyek, Ceres, Pluto, dan Eris.
2. Galaksi
Galaksi
adalah tata bintang. Galaksi kita dikenal dengan Bima Sakti yang kira-kira
terdapat 200 milyar bintang. Bima Sakti berbentuk spiral (gulungan), tetapi
karena kita berada di dalamnya, kita melihat sebagai pita kabur berisikan
bintang-bintang. Bima Sakti kira-kira terbentang selebar 100000 tahun cahaya,
dan bagian tengahnya kira-kira setebal 15000 tahun cahaya. Tata surya kita
terletak sekitar 30000 tahun cahaya dari pusat galaksi.
Para
ahli astronomi mengetahui bahwa selain Bima Sakti terdapat banyak galaksi lain.
Beberapa di antaranya dikenal sebagai galaksi kecil. Sekelompok galaksi
bersama-sama membentuk galaksi besar.
3. Tata
Surya
Tata
surya (solar system) terdiri dari
sebuah bintang yang disebut matahari dan semua objek yang mengelilinginya.
Objek-objek tersebut termasuk delapan buah planet yang telah dijelaskan
sebelumnya dengan membentuk orbit berbentuk elips, meteor, asteroid, komet,
planet-planet katai/kerdil dan satelit-satelit alami. Tata surya dipercaya
terbentuk sejak 4,6 milyar tahun yang lalu dan merupakan hasil penggumpalan gas
dan debu di angkasa yang membentuk matahari dan kemudian planet-planet yang
mengelilinginya.
Tata
surya terletak di tepi galaksi Bima Sakti dengan jarak sekitar 2,6 x 1017
km dari pusat galaksi, atau sekitar 25.000 hingga 28.000 tahun cahaya dari
pusat galaksi. Tata suurya mengelilingi pusat Bima Sakti dengan kecepatan 220
km/detik dan dibutuhkan 225-250 juta tahun untuk mengelilingi pusat galaksi.
Sebuah
planet dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu planet besar dan planet kecil.
Merkurius, Venus, Bumi, dan Mars membentuk empat kelompok planet kecil dan
sejenis bumi. Sedangkan yang termassuk planet besar adalah Jupiter, Saturnus,
Uranus, dan Neptunus.
4. Matahari
Matahari merupakan
pusat tata surya. Tata surya terdiri dari Matahari dan delapan planet (salah
satunya adalah bumi), dan semua benda lain yang berjalan mengedari matahari.
Matahari merupakan bintang terdekat dengan bumi dengan jarak rata-rata
149.680.000 km. matahari berputar 25,04 hari bumi setiap putaran dan mempunyai
gravitasi 27,9 kali gravitasi bumi.
Di samping sebagai
pusat peredaran, matahari juga merupakan pusat sumber tenaga di lingkungan tata
surya. Matahari terdiri dari inti dan tiga lapisan kulit, masing-masing
fotosfer, kromosfer, dan korona.
C. Struktur
Bumi
1. Lithosfer
Lithosfer
adalah lapisan paling luar bumi (tebal kira-kira 100 km) dan terdiri dari kerak
bumi dan bagian atas selubung. Lithosfer bersuhu dingin dan kaku. Di bawah lithofer pada kedalaman kira-kira
700 km terdapat astenosfer. Bagian luar dari lithosfer adalah kerak bumi,
tempat manusia tinggal, yaitu merupakan serpihan-serpihan raksasa yang
mengambang di atas bubur cair inti bumi. Kerak bumi terbagi menjadi dua
kategori, yaitu kerak samudra dan kerak benua.
Unsur-unsur
kimia utama pembentuk kerak bumi adalah Oksigen (O) (46,6%), Silikon (Si)
(27,7%), Aluminium (Al) (8,1%), Besi (Fe) (5,0%), Kalsium (Ca) (3,6%), Natrium
(Na) (2,8%), Kalium (K) (2,6%), Magnesium (Mg) (2,1%).
2. Astenosfer
Astenosfer
bersifat fluida karena hampir berada dalam titik lebur. Astenosfer mengalir
akibat tekanan yang terjadi sepanjang waktu. Di bawah lithosfer terdapat
lapiasan batuan cair yang dinamakan astenosfer karena suhu dan tekanan di lapisan astenosfer ini sangat
tinggi, batu-batuan di lapisan inibergerak mengalir seperti cairan (fluid).
3. Mesosfer
Lapisan
bumi berikutnya adalah mesosfer. Mesosfer leboh kaku daripada astenosfer namun
lebih kental dibandingkan lithosfer. Mesosfer terdiri dari sebagian besar
selubung hingga inti bumi.
4. Inti
Bumi
Inti
bumi adalah lapisan yang paling dalam dari bumi, lapisan ini diperkirakan
mempunyai jari-jari 3500 km yang terdiri dari dua bagian masing-masing inti
luar (outer core) dan inti dalam (inner core) laapisan inti luar membujur
sampai kedalam 5100km di bawah permukaan bumi dan diperkirakan berupa fluida.
D. Pembentukan
Benua dan Samudera
1. Teori
Pembentukan Lempeng
Teori
lempeng tektonik pertama kali dikemukakan oleh Alfred Wegner pada tahun 1912.
Dalam teori ini Wegner mengemukakan bahwa lempengan bumi terus bergerak dari
waktu ke waktu. Menurut Wegner awalnya di bumi hanya terdapat satu benua besar
yaitu Pangea sampai sekitar 300 juta tahun lalu di akhir zaman karbon. Kemudian
benua besar Pangae pecah dan terpisah-pisah menjadi benua Asia, Eropa, Afrika,
Amerika, Australia, dan Antartika.
Awalnya
banyak ilmuwan yang menentang, seperti Rollin Chamberlain yang mengatakan teori
ini tidak berdasar. Namun pada tahun 1929 Arhur Holmes mendukung teori Wegner.
Pembuktian teori Wegner dikukuhkan pada tahun 1960 oleh Harry Hess yang
merupakan pakar geologi. Dan sekarang teori ini merupakan arus utama dalam ilmu
kebumian.
2. Pergerakan
Lempeng (Plate Movement)
Berdasarkan
arah pergerakannya, perbatasan antara lempeng tektonik yang satu dengan yang
lainnya terbagi dalam tiga jenis, yaitu divergen, konvergen, dan transform.
a. Batas
Divergen
Divergen
terjadi pada dua lempeng tektonik yang bergerak saling memberai (break apart). Ketika sebuah lempeng
tektonik pecah, lapisan lithosfer menipis dan terbelah, membentuk batas
divergen.
Pada
lempeng samudra, proses ini menyebabkan pemekaran dasar laut (seafloor spreading). Sedangkan pada
lempeng benua, proses ini menyebabkan terbentuknya lembah retakan (rift valley) akibat adanya celah antara
kedua lempeng yang saling menjauh tersebut.
b. Batas
Konvergen
Konvergen
terjadi apabila dua lempeng tektonik tertelan (consumed) kearah kerak bumi yang mengakibatkan keduanya bergerak saling
menumu satu sama lain. Wilayah di mana suatu lempeng samudra terdorong ke bawah
lempeng samudra lain disebut dengan zona tunjaman. Pada zona inilah sering
terjadi gempa.
c. Transform
Transform
terjadi bila dua lempeng tektonik bergerak saling meggelangsar (slide each
other), yaitu bergerak sejajar namun berlawanan arah. Keduanya tidak saling
memberai maupun menumpu. Batas transform umumnya berada di dasar laut, namun
ada juga yang berada di daratan.
E.
Gempa Bumi dan Tsunami
1. Gempa
Bumi
Gempa
bumi adalah getaran yang terjadi pada permukaan bumi. Gempa bumi biasa
disebabkan oleh pergerakan kerak bumi (lempeng bumi). Pada dasarnya gempa bumi
dapat dibedakan menjadi gempa bumi gunung apai, gempa bumi tektonik, dan gempa
bumi robohan. Terdapat 2 mekanisme utama bagi terjadinya gempa bumi tektonik
yaitu mekanisme penujaman (subdunction
mechanism) dan mekanisme patahan (fault
mechanism).
a. Intensitas
Intensitas
adalah besaran yang dipakai untuk mengukur suatu gempa selain dengan magnitude.
Intensitas dapat didefinisikan sebagai besarnya kerusakan di suatu tempat
akibat gempa bumi yang diukur berdasarkan kerusakan yang terjadi. Harga
intensitas merupakan fungsi dari magnitude, jarak ke episenter, lama getaran,
kedalaman gempa, kondisi tanah dan keadaan bangunan.
b. Tipe
Gempa Bumi
1) Gempa
Bumi Tektonik
Gempa
bumi tektonik disebabkan oleh pelepasan tenaga yang terjadi karena pergeseran
lempengan plat tektonik. Tenaga yang dihasilkan oleh tekanan antara batuan
dikenal sebagai kecacatan tektonik. Teori dari plat tektonik menjelaskan bahwa
bumi terdiri dari beberapa lapisan batuan, sebagian besar dari lapisan kerak
itu akan hanyut di lapisa seperti salju. Lapisan tersebut bergerak perlahan
sehingga berpecah-pecah dan bertabrakan satu sama lainnya. Hal inilah yang
menyebabkan terjadinya gempa tektonik.
2) Gempa
Bumi Gunung Berapi
Gempa
bumi gunung berapi disebabkan oleh pergerakan magma keatas dalam gunung berapi,
di mana geseran batu-batuan menghasilkan gempa bumi. Ketika magma bergerak ke
permukaan gunung berapi, ia bergerak dan memecahkan batu-batuan serta
mengakibatkan getaran berkepanjangan yang dapat bertahan dari beberapa jam
hingga beberapa hari. Gempa bumi gunung berapi sering terjadi di kawasan yang
berdekatan dengan gunung berapi.
2. Tsunami
Tsunami
berasal dari bahasa Jepang yang terdiri dari dua penggal kata yaitu “tsu” yang
berarti pelabuhan dan “nami” yang berarti gelombang. Jadi secara harfiah
tsunami berarti gelombang pelabuhan. Tsunami adalah gejala alam yang terjadi
dari suatu rangkaian gelombang laut yang terjadi baik di laut maupun di danau
karena berpindahnya massa air dalam volume besar dan dalam waktu yang cepat.
Daftar
Pustaka
Aly, Abdullah dan Eny
Rahma. 1998. Ilmu Alamiah Dasar.
Jakarta: Bumi Aksara.
Purnama, Hari. 2003. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: Rineka
Cipta.
Tim MK IAD UNP. 2007. Handout Ilmu Kealaman Dasar. Padang: UPT MKU UNP.
lengkap sekali artikel mengenai Bumi dan Alam Semesta , saya suka.
BalasHapus